Medialontar.com – Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Universitas Tufts, Boston, mengungkapkan bahwa konsumsi minuman manis berkontribusi pada jutaan kasus baru diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular setiap tahun. Menurut hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine, sekitar 2,2 juta kasus diabetes tipe 2 dan 1,2 juta kasus penyakit jantung di seluruh dunia dihubungkan dengan konsumsi soda dan jus yang dimaniskan gula.
Dampak Global Minuman Manis
Penelitian tersebut mencatat bahwa wilayah dengan angka tertinggi kasus diabetes terkait minuman manis meliputi Kolombia, di mana hampir 48% kasus diabetes baru disebabkan oleh konsumsi jenis minuman ini. Di Meksiko, proporsinya mencapai hampir sepertiga. Sementara itu, di Amerika Latin secara keseluruhan, lebih dari 24% kasus diabetes baru berkaitan dengan konsumsi minuman manis, dan di Afrika sub-Sahara, angkanya mencapai 21%.
Di Afrika Selatan, 27,6% kasus diabetes baru serta 14,6% kasus penyakit kardiovaskular juga dihubungkan dengan konsumsi minuman yang sama. Peneliti menekankan bahwa minuman manis memicu lonjakan kadar gula darah karena proses pencernaannya yang cepat. Konsumsi berlebihan dalam jangka panjang tidak hanya meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung, tetapi juga berkontribusi pada kenaikan berat badan dan resistensi insulin.
Profesor Dariush Mozaffarian, penulis senior penelitian ini, menyatakan bahwa minuman manis sering dipasarkan secara agresif di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. “Komunitas-komunitas ini tidak hanya mengonsumsi produk berbahaya, tetapi juga sering kali kurang diperlengkapi untuk menangani dampak kesehatan jangka panjangnya,” ujarnya dalam siaran pers.
Penelitian juga menunjukkan bahwa pria dan orang dewasa muda lebih rentan terhadap efek kesehatan negatif dari minuman ini dibandingkan kelompok lainnya.
Perlu Intervensi Pemerintah
Laura Lara, penulis utama penelitian yang kini berada di Universitas Washington, menekankan perlunya intervensi berbasis bukti untuk mengurangi konsumsi minuman manis secara global. Lara menyoroti pentingnya kampanye kesehatan masyarakat, regulasi iklan, serta pajak terhadap produk minuman yang dimaniskan gula.
Langkah serupa telah diterapkan di Meksiko sejak 2014. Hasilnya menunjukkan bahwa pajak tersebut efektif dalam menurunkan tingkat konsumsi minuman manis di negara tersebut. Namun, Mozaffarian menekankan bahwa lebih banyak tindakan diperlukan, terutama di kawasan dengan tingkat konsumsi tinggi seperti Amerika Latin dan Afrika.
“Sebagai manusia, kita perlu mengatasi konsumsi minuman manis secara kolektif,” kata Mozaffarian.
Pentingnya Mengurangi Konsumsi untuk Diabetes
Ahli gizi Erin Palinski-Wade, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mendukung temuan tersebut. Menurutnya, diet tinggi gula tambahan meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes tipe 2.
“Minuman manis sering kali dikonsumsi berlebihan karena rendahnya kandungan protein, lemak, atau serat, yang membuatnya tidak memberikan rasa kenyang,” jelas Palinski-Wade. Konsumsi berlebihan ini dapat menyebabkan penambahan berat badan, terutama lemak visceral, yang secara langsung meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Meski demikian, Palinski-Wade juga mencatat keterbatasan studi ini. “Penelitian ini bersifat observasional, sehingga hanya menunjukkan hubungan, bukan sebab-akibat langsung antara minuman manis dan diabetes,” tambahnya.
Untuk mengurangi dampak buruk minuman manis, diperlukan langkah kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Dengan regulasi yang tepat, konsumsi minuman ini dapat ditekan sehingga risiko kesehatan yang menyertainya dapat diminimalkan.
Penelitian ini didukung oleh Gates Foundation, American Heart Association, dan Dewan Nasional Sains dan Teknologi Meksiko.