Jakarta –
PT Bio Farma (Persero) menargetkan 4 juta dosis vaksin COVID-19 sudah siap digunakan atau disuntikkan pada Februari 2021. Seluruh vaksin tersebut akan dikirimkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk segera mendapat persetujuan penggunaan.
“Sampai dengan hari ini (21/1), sudah ada 4 juta dosis yang sudah selesai diproduksi. Status produk- produk tersebut, saat ini sedang dalam tahap proses quality control, yang akan dikirimkan ke Badan POM untuk mendapatkan lot release agar dapat didistribusikan, dan diperkirakan sampai dengan bulan Februari 2021 mendatang, akan siap sebanyak 4 juta dosis vaksin,” kata Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir dalam keterangan resminya, Sabtu (23/1/2021).
Menurut Honesti Bio Farma sudah memiliki 3 juta dosis vaksin yang siap didistribusikan ke-34 provinsi tanah air. Sebanyak, 1,2 juta dosis vaksin sudah berhasil didistribusikan dan 1,8 juta dosis vaksin masih dalam proses pendistribusian ke-34 provinsi.
Sedangkan untuk bahan baku, Bio Farma akan menerima sebanyak 140 juta dosis, yang akan diterima secara bertahap. Tahap pertama pengiriman bahan baku ini, sudah kami terima sebanyak 15 juta dosis pada 12 Januari 2021 yang lalu.
Untuk pendistribusian vaksin Bio Farma bersama anggota PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk, sudah memiliki 48 cabang atau warehouse yang ada di seluruh Indonesia.
“Hal ini bisa kita optimalkan, dalam sisi teknologi, Bio Farma sudah menyiapkan digital solution yang bersifat end-to-end mulai dari pabrik produksi, proses distribusi dan sampai di tujuan akhir seperti fasilitas kesehatan, dan proses pendistribusian Ini, dapat di monitor real time di Command Center Holding BUMN Farmasi,” terang Honesti.
Sebagai informasi Indonesia membutuhkan vaksin COVID-19 untuk 181,5 juta penduduknya, atau setara dengan 426 juta dosis dengan catatan 2 kali suntik. Untuk mengantisipasi kelangkaan pasokan vaksin COVID-19 dari produsen, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Permenkes Nomor HK.01.07/MENKES/12758/2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksinasi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
Dari Permenkes tersebut, supply vaksin akan didapat dari hasil produksi PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc. and BioNTech dan Sinovac Life Sciences Co., Ltd dan Novovax. Tentunya keseluruhan vaksin COVID-19 tersebut, harus melaporkan hasil Uji Klinis 1 sampai dengan 3, dan mendapatkan EUA dari Badan POM.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan vaksin COVID-19 yang dibutuhkan oleh Indonesia, Bio Farma sudah melaksanakan amandemen supply agreement yang ditandatangani oleh Honesti Basyir pada 30 Desember 2021, dengan perusahaan farmasi asal Kanada, AstraZeneca, dan Novovax, masing-masing sebanyak 50 juta dosis. Untuk AstraZeneca, diperkirakan akan mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) pada dari Badan POM pada April 2021
Sedangkan untuk Novovax akan mulai dipasok pada Q2 2021 melalui anggota Holding BUMN Farmasi, Indofarma, diperkirakan akan mendapatkan EUA dari Badan POM pada Mei 2021. Sehingga total yang sudah diamankan dari kedua perusahaan tersebut untuk Indonesia sebanyak 100 juta dosis. Selain dengan dua perusahaan tersebut, Bio Farma juga akan direncanakan menandatangani supply agreement dengan Pfizer Biontech.
(hek/hns)