Jakarta – Vaksin Corona buatan Sinovac telah disetujui penggunaannya oleh cukup banyak negara, termasuk Indonesia. Yin Weidong selaku CEO Sinovac baru-baru ini wawancara blak-blakan soal seluk beluk vaksin Corona buatannya.
Mengenai taraf perlindungan Sinovac yang berbeda dalam uji coba fase tiga, misalnya 91,25% di Turki dan 60% di Indonesia, Weidong menyatakannya sebagai sesuatu yang normal karena beberapa alasan, misalnya komposisi populasi yang diuji coba.
Kemudian soal seberapa lama vaksin Sinovac bisa melindungi, Weidong menyatakan efek perlindungan sudah muncul dalam setengah bulan dan akan tetap kuat setelah dua bulan. Seberapa lamanya dan seberapa kuat perlindungan setelah 6 bulan, masih diriset oleh mereka.
Seandainya level perlindungan turun dalam jangka panjang, ada solusinya. “Jika angka perlindungan atau efeknya turun, bisa ambil suntikan dosis ketiga. Kami saat ini menggelar studi soal suntikan ketiga dan datanya sekarang dianalisis,” kata dia.
Menurutnya, susah infeksi virus Corona benar-benar langsung dieliminasi dengan vaksinasi karena relasi atau kontak antara virus dengan manusia sebagai host biasanya tidak hanya sekali.
Di sisi lain, juga terjadi mutasi yang disebut varian Inggris, Afrika Selatan dan Brasil. Menurut Weidong, mutasi itu sudah dilacak sehingga telah diketahui cara untuk melawannya, termasuk oleh Sinovac.
“Bahkan jika bermutasi, kami bisa menggunakan riset yang ada saat ini untuk mengembangkan vaksin baru dengan efektif,” katanya, seperti dikutip detikINET dari CGTN, Rabu (17/3/2021).
“Mutasi adalah fenomena alami. Mutasi virus muncul terus. Di masa silam, virus Corona adalah endemi lokal dan mutasinya rendah. Sekarang dengan lebih dari 100 juta kasus di seluruh dunia, peluang mutasi seharusnya meningkat,” paparnya.
Ia pun menyambut baik akan adanya beragam jenis vaksin Corona selain Sinovac. “Pilihan vaksin ini adalah berkah bagi publik. Orang harus divaksinasi sesegera mungkin. Apapun vaksin yang Anda pilih, adalah berkah punya vaksin apapun yang tersedia,” kata dia.
(fyk/fay)