Medialontar.com – Tiga dokter hewan di Amerika Serikat (AS) baru-baru ini menunjukkan tanda-tanda infeksi flu burung. Dua di antaranya tidak memiliki riwayat paparan terhadap hewan terinfeksi, yang mengindikasikan kemungkinan penyebaran virus lebih luas dari yang diperkirakan sebelumnya. Temuan kasus flu burung ini dipublikasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) dalam sebuah penelitian pada Kamis (13/2).
Salah satu dokter hewan diketahui bekerja dengan sapi di Georgia dan Carolina Selatan. Saat itu, belum ada laporan mengenai kasus flu burung pada sapi di wilayah tersebut. Selain itu, dua dokter hewan lainnya tidak memiliki riwayat kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Ketiganya tidak mengalami gejala umum infeksi flu burung seperti influenza atau konjungtivitis.
Peningkatan Kasus Flu Burung di AS
Flu burung jenis H5N1 telah terdeteksi pada ternak di lebih dari selusin negara bagian AS. Para peneliti menemukan bahwa virus ini telah menyebar ke berbagai lokasi, spesies hewan, dan bahkan manusia yang sebelumnya tidak diketahui. Meskipun infeksi pada manusia masih jarang terjadi, virus ini telah menyebabkan ratusan kematian dalam beberapa dekade terakhir. Oleh karena itu, pemantauan ketat diperlukan guna mencegah potensi lonjakan kasus.
Pekan ini, Nevada mengonfirmasi bahwa seorang pekerja peternakan sapi perah terinfeksi flu burung varian D 1.1, yang diketahui beredar di burung liar. Varian ini dikaitkan dengan kematian seorang warga Louisiana pada Januari lalu. Dugaan sementara, individu tersebut terinfeksi melalui kontak dengan unggas di halaman belakang. Selain itu, seorang gadis berusia 13 tahun di Kanada juga dilaporkan dirawat di rumah sakit akibat infeksi varian yang sama tahun lalu.
Tantangan dalam Pemantauan dan Respons Pemerintah
Pemerintah AS sebelumnya memperbarui panduan pengujian pada November 2024. Dalam kebijakan terbaru, pekerja pertanian yang terpapar hewan sakit disarankan untuk menjalani tes meskipun tidak menunjukkan gejala. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa mereka kekurangan data terkait penyebaran flu burung di AS setelah keputusan negara itu untuk menarik diri dari keanggotaan organisasi tersebut pada era pemerintahan Presiden Donald Trump.
Studi CDC ini didasarkan pada survei yang dilakukan pada September terhadap 150 dokter hewan yang telah berinteraksi dengan ternak setidaknya tiga bulan sebelum diuji. Tes tersebut mencari keberadaan antibodi imun terhadap flu burung yang menandakan adanya infeksi sebelumnya. Hasilnya, tiga dokter hewan yang menunjukkan tanda-tanda infeksi bekerja dengan berbagai jenis hewan, termasuk sapi perah, sapi nonperah, dan unggas.
Upaya Pencegahan dan Respons Kesehatan
Meskipun ancaman flu burung terhadap masyarakat umum dinilai masih rendah, otoritas kesehatan tetap menganjurkan langkah-langkah pencegahan. CDC merekomendasikan penggunaan obat antivirus seperti Tamiflu bagi mereka yang berisiko tinggi serta penerapan perlindungan diri bagi individu yang berinteraksi langsung dengan hewan terinfeksi.
Selain itu, fasilitas kesehatan di AS disarankan untuk melakukan tes pada pasien yang dirawat karena influenza A, kategori yang mencakup virus flu burung. Langkah ini bertujuan untuk mendeteksi kasus yang mungkin tidak teridentifikasi sebelumnya dan mencegah penyebaran lebih lanjut.
Dengan meningkatnya kasus flu burung pada ternak dan laporan infeksi pada manusia, otoritas kesehatan global menekankan pentingnya transparansi dalam berbagi data serta peningkatan langkah-langkah mitigasi guna mencegah potensi wabah yang lebih luas di masa depan.