Medialontar.com – Hingga kini, masih banyak pria di Indonesia yang enggan menjalani vasektomi karena ketakutan terhadap dampaknya terhadap kehidupan seksual. Anggapan bahwa prosedur ini dapat menyebabkan impotensi atau penurunan gairah kerap menjadi penghalang utama. Namun, para tenaga medis menegaskan bahwa kekhawatiran tersebut tidak memiliki dasar ilmiah.
Vasektomi adalah metode kontrasepsi permanen bagi pria yang dilakukan dengan cara memutus atau mengikat saluran sperma (vas deferens). Prosedur ini bertujuan agar sperma tidak bercampur dengan air mani, sehingga mencegah kehamilan. Meski demikian, vasektomi tidak memengaruhi organ, hormon, maupun kemampuan seksual pria.
Menurut dr. Keven Pratama Manas Tali, Sp.OG, kekhawatiran terhadap hilangnya fungsi seksual setelah vasektomi merupakan kesalahpahaman yang perlu diluruskan. Ia menegaskan bahwa prosedur ini tidak mengganggu produksi hormon testosteron maupun kemampuan ereksi.
“Vasektomi tidak memengaruhi hormon pria, kemampuan ereksi, atau gairah seksual,” jelas Keven.
Ia menambahkan bahwa saluran yang diputus dalam vasektomi hanya berperan dalam mengalirkan sperma, bukan hormon. Dengan demikian, tidak ada alasan medis yang menyebutkan bahwa vasektomi bisa membuat pria kehilangan ‘kejantanannya’.
Hal senada disampaikan oleh dr. Santi, seorang spesialis manajemen kesehatan. Menurutnya, sebagian besar ketakutan pria terhadap vasektomi berasal dari informasi yang keliru atau minimnya edukasi.
“Banyak pria khawatir kemampuan seksualnya akan menurun setelah menjalani vasektomi,” ujarnya. Namun ia menegaskan bahwa hal tersebut tidak terbukti secara medis.
Santi menjelaskan bahwa setelah vasektomi, testis tetap memproduksi hormon testosteron seperti biasa. Hormon ini akan tetap mengalir dalam darah melalui pembuluh-pembuluh di sekitar testis. Karena itu, gairah seksual, fungsi ereksi, serta performa pria dalam hubungan intim tetap normal.
“Jalur antara hormon testosteron dan sperma itu berbeda. Vasektomi hanya menghambat keluarnya sperma, bukan hormon,” terang Santi.
Ia juga menekankan bahwa vasektomi merupakan prosedur ringan dan aman. Pasien hanya membutuhkan waktu pemulihan singkat, dan efek samping serius sangat jarang terjadi.
Di Indonesia, rendahnya angka vasektomi masih menjadi tantangan dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana. Padahal, keterlibatan pria sangat dibutuhkan agar upaya pengendalian kelahiran lebih seimbang dan adil.
Para pakar menyarankan perlunya pendekatan edukatif yang lebih menyeluruh kepada masyarakat, terutama dalam membongkar mitos yang menyelimuti metode kontrasepsi ini. Dengan pemahaman yang benar, pria dapat mengambil keputusan yang rasional tanpa didasari ketakutan yang tidak berdasar.
Kesimpulannya, vasektomi merupakan prosedur kontrasepsi yang aman, tidak mengganggu produksi hormon, dan tidak memengaruhi fungsi seksual pria. Oleh karena itu, sudah saatnya masyarakat mengubah cara pandang dan membuka ruang diskusi lebih luas soal peran pria dalam perencanaan keluarga.